Cita-cita untuk bisa menulis buku akhirnya tercapai juga. Buku sudah selesai. Sekarang sedang dalam proses editing. Dengan menulis buku, saya jadi tahu perbedaan antara menulis buku, essay, dan artikel. Kalau diibaratkan, menulis buku itu ibarat marathon. Perlu stamina dan persiapan mental yang kuat karena, garis finishnya lumayan jauh. Ini berbeda dengan menulis artikel atau essay yang bisa diibaratkan dengan lari sprint. Kalau stamina mendukung, maka itu dapat dikebut. Diselesaikan dalam waktu yang singkat. Tapi saya ingin mengesampingkan cerita penulisan buku ini. Saat ini, saya sedang dikejar-kejar oleh dua deadline assignments yang keduanya harus diselesaikan sebelum akhir April.
Penulis: Andri Syah
Tentang Membaca
Seorang teman pernah bertanya: “Apa rahasianya supaya dapat senang membaca?”. Pertanyaan tersebut, jujur saja, sangat sulit untuk dijawab. Masalahnya karena saya tidak memiliki “resep” jitu apapun yang membuat saya menggemari bacaan buku berjilid-jilid. Saya sendiri tidak pernah tahu apa yang mendorong saya senang membaca banyak hal.
68
Gondok bukan kepalang. Nilai esai pertama yang ditunggu-tunggu selama lebih dari sebulan, akhirnya keluar juga. Skor 68 bukanlah nilai yang jelek. Tapi tetep dongkol karena itu hanya 2 digit untuk mendapatkan nilai dengan status distinction. Aaaargh! (Dalam hati). Tapi mungkin usaha saya memang belum maksimal, karena: Pertama essai dikebut ketika mendekati deadline ( Bukan SKS lho ya, tapi memang membaca dan meramu bacaannya itu yang lama). Kedua meski topik yang saya tulis lumayan saya nikmati, saya curiga masih ada kelemahan dalam bahasa inggris yang saya gunakan.
Habermas
Dua bulan kemarin bablas tidak menulis satu artikel pun di blog ini. Alasan resminya karena saya sibuk melakukan riset untuk tugas paper pertama pada termin ke satu. Deadline pengumpulan paper adalah hari senin kemarin sekitar jam 11 pagi. Tapi papernya sudah saya kirim sehari sebelumnya. Antara percaya dan tidak, akhirnya tugas sebanyak empat ribu kata itu pun selesai. Setelah berhari-hari gundah karena ide sulit sekali untuk dikeluarkan akhirnya paper pun jadi tertulis sepanjang kurang lebih 14 halaman plus daftar pustaka.
Evolusi Konstitusi
Sudah lebih dari dua minggu ini saya kembali ‘ngampus’. Seperti yang pernah saya sebutkan sebelumnya, pada term ini saya hanya memiliki satu kelas, yaitu kelas Pengantar kepada sejarah, teori dan politik hukum konstitusi. Kelas pengantar hukum konstitusi yang saya ikuti terletak di gedung Friends House, gedung serbaguna yang juga merupakan kantor pusat kaum Quaker. Jemaat yang sudah memperkenalkan saya pada makanan sehat oatmeal si penangkal kolesterol.
Menjawab Tantangan Otomatisasi
Terus terang saya sangat gembira sekaligus khawatir dalam menghadapi era otomatisasi ini. Gembira karena mesin/robot/AI akan membebaskan umat manusia dari pekerjaan yang mundane, kasar dan membosankan. Gembira karena kita memasuki era baru dimana tenaga manusia dapat fokus pada kreativitas, menciptakan hal-hal baru yang sebelumnya tidak ada. Tetapi di sisi lain, saya juga khawatir. Khawatir dengan pertanyaan apakah pekerjaan saya aman dari ancaman otomatisasi? Apakah kita akan memasuki era otomatisasi dengan mulus? Atau sebaliknya terjadi kekacauan karena pengangguran merajalela akibat PHK masal atau perusahaan banyak yang tidak lagi membuka lowongan.
Mengapa LLM? (Bag. 2)
Mengapa LLM? Jika pertanyaan tersebut dilontarkan sepuluh tahun yang lalu, mungkin saya akan diam seribu bahasa untuk menjawabnya. Sebagai seorang generalist, sulit bagi saya untuk fokus pada satu bidang ilmu. Tetapi jika ada orang yang bertanya tentang hal serupa sekarang, maka jawaban saya bisa menjadi esai yang panjang. Lanjutkan membaca “Mengapa LLM? (Bag. 2)”
Mengenal Birkbeck – Kampus Kelas Pekerja (Bag. 1)
Musim gugur ini saya mencoba kembali ngampus setelah sebelumnya kandas berkali-kali. Tinggal di kota besar seperti London memang banyak sekali godaan dan tantangannya. Saya akan kembali menimba ilmu yang pernah saya geluti sewaktu belajar di tingkat sarjana dulu, yaitu ilmu Hukum. Minggu pertama di bulan Otober nanti, saya akan mengikuti induction di Birkbeck, University of London.
Lanjutkan membaca “Mengenal Birkbeck – Kampus Kelas Pekerja (Bag. 1)”
Perlukah Memutar G30S?
Anjuran agar film G30S kembali diputar adalah anjuran yang sia-sia. Kelompok masyarakat yang kritis tidak tertarik untuk menonton film tersebut. Sedang mereka yang percaya bahwa PKI bangkit kembali, tanpa menonton film tersebut pun sudah cukup histeris. Di era perubahan yang serba cepat ini, film lama semacam G30S sudah sangat tidak relevan. Lanjutkan membaca “Perlukah Memutar G30S?”
Menghadapi Tantangan Otomatisasi
Pertama kali mendengar istilah otomatisasi sekitar dua tahun yang lalu. Waktu itu saya membaca tulisan Tim Urban, seorang blogger asal Amerika yang berbicara panjang lebar tentang Artificial Intelligence (AI). Tulisannya adalah sebuah bell pengingat bahwa peradaban manusia sedang dan akan menghadapi sesuatu yang besar. Secara tidak langsung, Tim Urban menyimpulkan bahwa Kecerdasan buatan adalah pedang bermata dua. AI dapat mengantarkan peradaban manusia kepada intergalactic civilisation, atau sebaliknya menjadi pelumat peradaban manusia. Lanjutkan membaca “Menghadapi Tantangan Otomatisasi”